Luka Yang Tak Dirindukan



Berbahagia itu gampang, mengingat mu di plataran senja, mengintip senyum dibalik album foto timeline, menyimpan senyum mu di instastory, namun sejenak aku mengkhayal, kamu merupakan salah satu impian yang tak pernah ku dapatkan.

Berbicara rindu, seperti awan yang tak pernah menginginkan angin, diombang ambing dengan ketidak pastian, mendung dalam penantian, jatuh dalam jeritan dengan bunyi rintik-rintik dalam kesunyian. Entahlah mungkin sejenak bisa kau pastikan jeritku tak pernah kau rasakan.

Sudah ku pastikan bahwa rasa mu tak bisa ku tebak, seperti teka-teki silang yang selalu membingungkan, memberi harap namun tak ada kepastian, sudahlah, aku sudah tau jawabannya bahwa memiliki mu sudah tidak mungkin, Terdiam dalam sunyi, meratap di balik kesendirian.

Sakit, mungkin kata itu sudah biasa ku rasakan seperti sambal yang selalu kunikmati saat menelan nasi di pagi hari, namum tak seperti sun rise yang selalu ceria menampakkan dirinya,  mungkin aku tak pernah menelan nasi yang sedang dihidangkan tapi menelan perasaan yang sedang kurasakan.

Aku tak pernah menyesal dan bersedih, mungkin dulu saat kita dekat namun kau jarang berucap terimah kasih, tapi kau tak perlu menyesal, aku hanya seorang laki-laki melankolis yang selalu ingat dengan sudut-sudut rindu yang pernah saya lewati. Bila suatu hari nanti menemukan foto ku di galery mu, dan kau berfoto bersebelahan dengan ku, crop saja biar aku tidak melihatnya semakin terluka, gantikan saja dengan pria masa depan yang pernah kau impikan

3 Komentar

Lebih baru Lebih lama